Surga Menurut Mereka
sumber : Era Muslim-Oase Iman
Ada sebuah sajak pendek, pengarangnya anak SD yang namanya tak
kuingat lagi, dulu pernah kubaca di majalah anak-anak, dan sajak itu
beberapa waktu lalu pernah terdengar lagi dari mulut seorang anak remaja
dengan redaksi yang berbeda tapi ada kemiripan kata-kata.
Apa itu Surga Kata Mama, “Surga itu indah”
Lalu kutanya, “Adakah gunung dan pantai di sana?”
Kata Mama, “Di sana semua ada, pemandangan indah yang tak bisa terlukiskan”
Kutanya lagi, “Adakah roti keju dan susu coklat kegemaranku?”Kata Mama, “Semuanya ada. Tuhan menyediakan segalanya di surga”
Dan aku bertanya lagi, “Kalau begitu, bolehkah aku sekarang pergi kesana, duhai Mama?”
Tiba-tiba mama menangis seraya memelukku
Kutanya pada mama, “Kenapa mama menangis?”
Mama menatapku lekat-lekat sambil berurai air mata
Lalu mama berucap, “Jangan sekarang, yah sayang… Jangan tinggalkan mama”
Aku bingung, Apa itu surga
Susi, anak remaja itu, yang juga memiliki sebuah blog pribadi,
sebelum menutupkan mata selamanya, ia bercerita bahwa sajak pendek itu
ia bacakan di depan orang tuanya. Terbayang sedihnya, hati ortu Susi
pasti amat berduka, di kala membacakan itu, Susi kan sudah terkapar di
rumah sakit, selalu terapi pengobatan karena kanker yang diidapnya. Dan
pasti semua orang tua akan menitikkan air mata kalau anaknya membaca
sajak tersebut dengan penuh penghayatan. Kesucian jiwa anak-anak
mengantarkan kesederhanaan berpikir dalam menggapai impiannya.
Saking menggambarkan kenyamanan dan bahagianya kata “surga”, setiap
orang bisa punya sudut pandang masing-masing saat melukiskan maknanya.
Misalkan abah Cecep yang tukang becak, tetanggaku di bandung dahulu,
beliau bilang, “Wah, kalau abah tiap hari kan nyetir becak, mungkin
kalau pas bisa nyetir sedan mewah, berasa kayak di surga yah…hehe”,
candanya. Ada-ada saja, si abah.
Lain lagi pikiran Mang Udin yang kerja di proyek bangunan, selalu
kerja keras dari subuh sampai menjelang malam. Sampai-sampai Mang Udin
pernah nyeletuk, “Haduh, Saya mah gak ada hari libur, susah ngambil cuti
kayak yang kerja kantoran. Kalau Mang Udin ini cuti seharian, bisa
tidur seharian sambil maen sama anak-anak, terus tidur lagi dan makan
enak, wah, ibaratnya sedang berada di surga dong yah…”. Semua yang
mendengar jadi tersenyum.
Bagi para ibu, merawat, mendidik anak-anak dan kebersamaan jalan
perjuangan dengan suami adalah upaya merajut jalan ke surga-Nya. Bagi
para suami, mengemban amanah sebagai imam dalam keluarga, melihat senyum
ceria istri dan anak-anak adalah merintis keridhoan-Nya menuju
kenyamanan surga. Sedangkan bagi anak-anak, serasa di surga jika bisa
bermain dengan ayah-ibu yang komplet setiap hari, bisa mengerjakan apa
pun yang disukai, atau berlibur sepuasnya tanpa diganggu Pe-Er atau
tugas lain dari sekolah, dll.
Lain pula para politikus dan atau penguasa di kursi-kursi empuk,
nampaknya surga diartikan sebagai posisi atau kedudukan, kalau menang
setelah pemilu ‘bagaikan’ masuk ke pintu surga, semua jalan terasa
mudah, sanak family bersuka cita, ikutan bahagia diajak jalan-jalan
gratis melanglang buana, diistimewakan dalam pelayanan apa pun juga,
meskipun menyadari dana yang dipakai adalah uang rakyat hasil ngutang
dari badan keuangan dunia. Astaghfirrulloh…
Ada seorang saudari sholihat yang bercerita tentang teman baiknya,
ibu Inah. Ketika di telepon ibu Inah bilang, “Saya tinggal di surga lho,
jeng…”
“Lho…koq begitu, maksudnya gimana nih jeng…?”, tanya temannya.
Bu Inah berceloteh, “Iya…tiap subuh selalu dibangunkan adzan subuh,
yang adzan suami saya sendiri atau anak-anak. Rumah kami sekarang
menempel langsung dengan masjid, lho jeng… bertetangga dengan keluarga
penjaga masjidnya, terasa kayak di surga toh jeng? Hehehe…”
Sang teman sangat terharu dan merasa memperoleh hikmah-Nya,
Alhamdulillah, betapa bersyukurnya bu Inah, kalian taukah bahwa rumah
mereka hanya sepetak ruang berukuran kira-kira 3 X 4 meter saja? Lagi
pula, ruang kos-an itu berstatus mengontrak. Dengan ruangan kecil itu,
bu Inah merasa bahagia ibarat sudah tinggal di surga sebab setiap waktu
sholat wajib, mereka sekeluarga bisa on-time sholat berjama’ah.
Subhanalloh. Sedangkan bagi orang lain, mungkin suara adzan dianggap
pengganggu tidur.
”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman [55] : 13)
Ustadz Sofyan yang merupakan dosenku pernah mengatakan bahwa
seseorang ditempatkan di surga ataukah neraka kelak adalah keputusan
atau kehendak-Nya, siapa yang dilimpahi pertolongan-Nya, ampunan serta
keridhoan Allah ta’ala maka surga tempat persinggahan akhirnya.
Sedangkan siapa yang dikehendaki-Nya untuk menerima adzab, maka
persinggahan akhir adalah neraka. Dan orang-orang beriman melalui jalan
terjal di dunia untuk mengecap kebahagiaan di akhirat, perjalanan susah,
dilanda sakit, diuji dengan beragam cobaan hidup sehingga tak terpikir
untuk bertanya tentang surga, yang ada dalam benak kaum mukmin adalah
memohon petunjuk-Nya, keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda,
”Dunia
adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam
hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dengan sanad hasan)
Ya Allah, Yaa Rahman Yaa Rahiim, Jadikanlah kami termasuk golongan
orang yang senantiasa ingat kepada-Mu, selalu mensyukuri nikmat-Mu dan
selalu meningkatkan kualitas beribadah kepada-Mu, serta selalu
memperoleh ampunan-Mu, amiin. Wallohu ‘alam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar