Selasa, 16 Oktober 2012

Antara Asli dan Foto Copy


Siang itu ketika nasabah lagi ramai-ramainya, datanglah seorang Bapak ingin menggadaikan sepeda motornya. Sambil menunjukkan sepeda motor yang akan digadaikan, si Bapak itu menyerahkan STNK Asli dan foto copy-an BPKB. Ketika tahu yang diserahkan foto copy-an, maka seketika itu juga saya menanyakan yang Aslinya. 

"Pak, kok foto copy-an, lha sing asli pundi?" ...(Pak, kok foto copy-an, yang asli mana)

Diluar perkiraan saya, dengan nada suara yang sedikit tinggi, si Bapak menjawab:
" Sing Asli teng Bank, lha memang bedane nopo Asli kalih Foto Copy, rak nggig podho mawon?" ..(Yang asli sudah diagunkan di Bank, memang bedanya apa antara yang Asli dengan Foto Copy, kan ya sama saja)

Aku sedikit bingung juga "ngadhepi" nasabah yang "nyamin" begini.
Akhirnya  secara spontanitas aku punya ide "nyamin" juga.
"Pak, ngeten mawon, sing Asli diasto mriki, lha sing Foto Copy diaturne Bank-e, rak nggih podho mawon."
(Pak, begini saja, yang Asli dibawa ke sini, lha yang foto copy-an dikasihkan ke Bank, kan sama juga) 

Masih dengan nada yang tinggi, si Bapak itu menjawab dengan Jowo ngoko:
"Lha Bank-e yo rak gelem,"  ... (Lha Banknya ya nggak mau)
Ibarat kuthuk marani sundhuk, inilah jawaban yang aku tunggu. Dengan membalik jawaban si Bapak maka secara otomatis si Bapak sudah terjawab dengan komentarnya sendiri.
"Semanten ugi Pak, nek Bank mboten kerso, mriki nggih sami mboten kerso." (Begitu juga kita Pak, kalau Bank tidak mau, sini pun juga tidak mau)
Akhirnya si Bapak pulang dengan sedikit diiringi tawa kecil dari nasabah yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar