Indonesia-ku
oleh : Cak Nun Seandainya… kita sempat diberi peluang oleh Allah dikasih biaya untuk keliling dunia menyusur benua-benua, lautan dan semua dataran maupun gunung di seluruh permukaan bumi.
Atau
paling tidak, kalau pada suatu hari kita bertemu dengan
saudara-saudara kita sesama manusia yang berasal dari daerah-daerah
yang bermacam-macam. Tanyakan kepadanya: Apakah di negerinya ada
tanah sesubur tanah negeri kita? Apakah ada bumi yang bagaikan ibu
hamil yang subur sebagaimana bumi nusantara kita?
Tanyakan
kepada mereka: apakah ada matahari yang se-sumringah matahari
republik Indonesia? Tanyakan kepada mereka: apakah ada rerumputan
yang riang gembira sebagaimana rerumputan di padang-padang kita?
Tanyakan kepada mereka tentang kembang-kembang, bunga-bunga,
pepohonan, angin, dan apa saja, apakah ada yang seindah Indonesia?
Jadi
kenapa sampai krisis seperti ini? Kenapa sampai kacau begini negeri
kita? Mengapa kita berebut makanan, berebut kekuasaan, berebut apa
saja seolah-olah kita adalah bangsa yang sangat miskin padahal kita
bangsa yang sangat kaya raya?
Atau
mungkin kita menjadi sangat malas.. karena sudah tersedia apapun saja
di negeri ini? Dan tiba-tiba, kita menjumpai diri kita bertengkar
satu sama lain.
Bahkan
berbunuhan satu sama lain.
Memusnahkan
satu sama lain. Me-nidak-kan satu sama lain.
Membenci
satu sama lain. Kenapa?
Apa
yang salah dengan sistem budaya kita? Apa yang salah dengan sistem
akal fikiran kita? Sistem politik kita, demokrasi kita, dan lain
sebagainya, apa yang salah?
Apakah
kita bersedia untuk… melihat bahwa memang ada kesalahan-kesalahan
yang sedang kita lakukan?
Saya
yakin, sebagaimana suburnya tanah dan tanaman-tanaman di negeri ini,
Allah juga memberi rahmat berupa kesuburan dan kecerdasan di akal
kita, dan kesuburan cinta di dalam hati kita. Akan tetapi
masalahnya.. kita bukan nggak punya ilmu untuk menyelesaikan masalah.
Kita bukan tidak punya metode untuk mengurangi bentrokan-bentrokan.
Kita bukan tidak punya solusi untuk mengakhiri kerusuhan-kerusuhan
dan pembunuhan-pembunuhan.
Masalahnya
adalah: kita mau atau tidak? Kita bersedia atau tidak? Untuk mengubah
diri kita agar supaya tidak terus-menerus di atas udara negeri ini
terLantunkan secara batiniah tembang-tembang kematian, kematian, ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar