Selasa, 09 Oktober 2012

Syukur

Biso-o Rumongso

Mungkin tiap hari, tiap saat ketika kita berangkat bekerja, ketika sedang menikmati liburan, atau sekedar jalan-jalan, sering kita lihat  orang susah, orang-orang yang dari segi dunia kurang beruntung, kaum marginal, orang pinggiran atau yang dipinggirkan. Mereka seolah-olah sudah merupakan bagian dari hidup ini, sebagai obyek pelengkap sekaligus penderita.

Tetapi pernahkah kita memperhatikan, bahwa mereka itu juga sama seperti kita. Mereka punya keluarga, punya anak, punya istri, punya orang tua, tempat dimana ia menggantungkan seluruh asanya pada mereka. Punya tanggunan spp, uang seragam. Mereka juga punya harga diri, ingin dihormati. Ingin diperlakukan layaknya seperti kita.

Sering diri kita menganggap mereka sebagai penumpang kelas dua,  rendah kepada mereka, seperti halnya perbedaan pelayanan kita,  antara barang gudang dengan sekilo emas.

Dan pernahkah kita berpikir tentang rezeki yang mereka bawa pulang atau bahkan membandingkan dengan income kita, pernahkah terlintas dipikiran kita, bahwa mereka ibarat seekor burung yang sedang keluar mencari makan, terkadang dapat dan terkadang tidak. Beda dengan kita kan? 


Sehingga banyak kita jumpai - kalau kita jeli- ibu-ibu tua yang sepanjang malam tidur disamping dagangannya, ditrotoar,  tukang becak yang siang malam selalu on di becaknya.

Mungkin dari situ, bila kita mau membuka mata hati kita, kita akan bisa menjadi orang yang "biso rumongso" bukan "rumongso biso",  yang akan menumbuhkan rasa bersyukur, yang akan bermuara ke sifat qona'ah,  zuhud pada dunia dan terhindar dari sifat hedonisme.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar